TEKNIK PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN
Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi dilakukan utuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang yang berhubungan dengan status gizi. Mulai melakukan inspeksi pada saat pertama kali bertemu dengan pasien. Amati hal-hal yang umum kemudian hal-hal yang khusus. Pengetahuan dan pengalaman sangat diperlukan dalam melakukan kemampuan inspeksi.
Cara melakukan inspeksi
1. atur pencahayaan yang cukup sebelum melakukan ispeksi
2. atur suhu dan suasana ruangan yang nyaman
3. buka bagian yang diinspeksi dan yakinkan bahwa bagian tersebut tidak tertutup baju, selimut dan lainnya
4. selalu yakin dengan apa yang anda lihat
5. lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh dengan sisi yang lain.
Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini digunakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ. Palpasi biasanya dilakukan terakhir setelah setelah inspeksi, auskultasi dan perkusi. Ada dua jenis palapasi yaitu palpasi ringan dan palpasi dalam. Palpasi ringan adalah palpasi yang paling banyak digunkaan dalam pengkajian. Palpasi ringan dilakukan dengan cara ujung-ujung jari pada satu atau dua tangan dilakukan dengan cara simultan. Tangan diletakkan di area yang akan dipalpasi dan jari-jari ditekankan kebawah perlahan-lahan sampai hasil ditemukan. Palpasi dalam digunakan untuk merasakan isi abdomen.
Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ, dengan perkusi kita dapat membedakan apa yang ada dibawah jaringan (udara, cairan, zat padat).
Cara kerja perkusi :
- buka/lepas pakain sesuia yang diperlukan
- luruskan jari tengah tangan kiri, tekan bagian ujung jari dan letakkan dengan kuat pada permukaan yang akan diperkusi. Upayakan jari-jari yang lain tidak menyentuh permukaan karena akan mengaburkan suara.
- lenturkan jari tengah tangan kanan keatas dengan lengan bawah rileks. Pertahankan kelenturan tangan pada pergelangan tangan.
- gerakkan pergelangan tangan dengan cepat, jelas dan rileks, ketukkan ujung jari pada jari tengah tangan kiri.
- segera angkat jari tengah tangan kanan untuk menghindari vibrasi teredam/
Auskultasi
Auskutasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran. Perawat menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, bising usus serta mengukur tekanan darah.
1. Pemeriksaan Fisik
A. Data klinik
- TTV : TD :100/60-120/80.mmHg
N : 60-100 x/menit
T : 36-37,5 °C
RR : 16-24 x/menit
B. Keadaan umum
Ø Kesan umum : lemah, baik,
Ø Wajah : tampak meringis menahan sakit
Ø Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor, coma
Tabel tingkat kesadaran klien
Kesadaran | Tanda |
Kompos mentis | Sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya |
Apatis | Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan disekitarnya, sikapnya acuh tak acuh |
Somnolen | Keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri tetapi balik tidur lagi. |
Delirium | Keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak, dan tidak sadar terhadap lingkungan sekitar |
Sopor/semicoma | Keadaan kesadaran yang menyerupai coma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri. |
Koma | Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapu |
Ø GCS : Eye (E), Motorik (M), Verbal (V)
Kesadaran mempunyai dua komponen yang perlu dikaji, yaitu tanggapan dan kesadaran diri ketanggapan merupakan keadaan yang diukur oleh hemisfer serebri dan sistem aktifasi retikular batang otak. Apabila kedua sistem tersebut rusak kemampuan ketanggapan dan perhatian seseorang terhadap lingkungan akan terpengaruh.
Kesadaran/ketanggapan dapat diuji dengan menggunakan skala coma Glasgow (Glasgow coma scale, GCS), khususnya pada pasien yang mengalami cidera kepala berat atau pasien yang diperkirakan akan mengalami penurunan kesadaran dengan cepat. Apabila mendapatkan pasien yang seperti ini perawat harus secara cepat dan tepat mengkaji tingkat kesadaran pasien secara teratur .
Tabel GCS (Glasgow coma scale)
Parameter | Nilai | |
Mata | Membuka secara spontan | 4 |
Terhadap suara | 3 | |
Terhadap nyeri | 2 | |
Tidak berespon | 1 | |
Respon verbal | Orientasi baik | 5 |
Bingung | 4 | |
Kata-kata tidak jelas | 3 | |
Bunyi tidak jelas | 2 | |
Tidak berespon | 1 | |
Respon motorik/gerak | Mengikuti perintah | 6 |
Gerakan local | 5 | |
Fleksi, menarik | 4 | |
Fleksi abnormal | 3 | |
Ekstensi abnormal | 2 | |
Tidak ada | 1 | |
Nilai maksimal 15 nilai minimal 3 |
Ø Bentuk badan : dikaji bentuk badan klien dimana untuk menentukan status gizi klien apakah kurus, gemuk, normal
Ø Skala Nyeri : 1-3 ringan, 4-7 sedang, 8-10 berat
Ø Cara berbaring dan bergerak : selama pemeriksaan dilihat cara berbaring dan mobilitas pasien apakah aktif atau pasif, sikap terpaksa menahan nyeri, apatis atau gelisah
Ø Bicara : gagap,lancar, pelo, pelan, bloking
C. Status Gizi : IMT : BB/TB ²cm = 45/1,56x1,56 = 45/2,43 = 18,5
Status gizi baik 18-23
A. Pemeriksaan head to toe
1. kulit, Rambut dan Kuku
v kulit
Inspeksi :
- Warna : coklat, sawo matang, putih, kebiruan dll
- Lesi : (adanya benjolan)
- Bengkak : tidak ada bengkak
Palpasi :
- Kelembapan : lembab/kering
- Temperatur : hangat, panas, dingin, tidak panas
- Turgor kulit : elastis/tidak elastis (elastis kembali <2 detik)
Kulit merupakan sistem tubuh yang paling besar. Pada dasarnya kulit terdiri dari 3
Kulit merupakan sistem tubuh yang paling besar. Pada dasarnya kulit terdiri dari 3
bagian : bagian luar (epidermi), bagian tengah (dermis), dan bagian dalam (subkutan). Secara umum kulit berfungsi untuk melindungi jaringan dibahnyasebagai persepsi sensori, pangatur suhu tubuh, sintesis vitamin, dan pengeluaran sekresi keringat.
Inspeksi kulit untuk mengetahui keadaan kulit, jaringan parut, lesi atau kondisi vaskularisasi supervisialis. Data inspeksi untuk mendeteksi luka tekan dapat dapat dinyatakan dengan akurat. Palpasi adanya kelainan yang ada pada kulit.
TABEL :Variasi kelainan warna kulit
Warna | kelainan |
Coklat | Deposisi melanin Deposisi melanin hemosiderin : penyebabnya karena terpapar sinar matahari, dan beberapa tumor kulit. Pada daerah muka, topeng kehamilan, linea nigra, vulva, area genitalia |
Sianosis / Biru | Akibat hipoksia pada pembuluh kapiler dan sentral, penyebabnya karena penyakit jantung, kedinginan, metabolisme globinemia didapat/kongenital, nampak pada kuku, bibir, mulut, lidah. |
Merah | Disebabkan karena Penggunaan oksigen dikulit meningkat terjadi saat pasien demam, peradangan local. Terjadi didaerah perangan dan didaerah kulit saat tubuh demam. |
Kuning (ikterik) | Karena kadar bilirubin meningkat terjadi pada penyakit hati. Lokasi lebih tampak meningkat pada konjungtiva, dan selaput lendir yang lain. |
Uremia kronis | Terjadi pada penyakit ginjal kronis karena retensi kromogen uremia, mengenai seluruh kulit tidak mengenai konjungtiva dan selaput lendir lainnya. |
v Rambut
Inspeksi :
- Warna : diobservasi tentang warna rambut hitam, putih dll
- Kuantitas : dilihat dari tebal dan tipisnya rambut, lebat dan jarang
- Tekstur : dikaji licin / kasarnya tekstur rambut
- Jenis Rambut : berombak, lurus, keriting, panjang, pendek
- Distribusi : diobservasi adanya alopesia (rambut botak)
Palpasi :
- Keadaan rambut : dikaji bersih atau kotornya rambutbau, kotor, lengket, ketombe dll.
- Rontok : dikaji rambut dari adanya kerontokan, rambut yang rontok terlalu banyak sebagai tanda kurangnya nutrisi.
v Kuku
Inspeksi :
- Warna : sianosis, pucat
- Bentuk : normal membentuk sudut 160 °, clubing, beau’s line, Koilonychia, Splinter hemorrhages, Paronychia.
Palpasi : Capilary revil : normal kembali < 2 detik
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
1. Kepala
Inspeksi :
v Bentuk : normal bentuk mesopcepal (simetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian parietal menghadap kebelakang)
v Wajah : normalnya adalah simetris (wajah yang tidak simetris sebagai petunjuk adanya paresis), dikaji adanya respon nyeri.
v Lesi : normalnya tidak ada lesi.
v Kulit kepala : dikaji kebersihan kulit kepala bersih/kotor
Palpasi :
- Nyeri tekan : dikaji adanya nyeri tekan pada kepala
- Deformitas : (perubahan posisi tulang)
- Pembengkakan : dikaji adanya pembengkakan pada kepala
Inspeksi :
v Liang telinga : amati adanya kotoran, cerumen, peradangan, benda asing, cairan telinga pada lubang telinga.
v Alat bantu dengar : amati apakah klien menggunakan alat bantu dengar jika iya maka alat bantu dengar dilepas terlebih dahulu sebelum menginspeksi telinga.
v Gendang telinga : amati adanya bengkak/tidak.
v Kesimetrisan : bandingkan telinga kanan dan telinga kiri, lihatlah kesimetrisannya
Palpasi : kaji adanya nyeri tekan pada telinga bagian luar dan dalam.
2. Hidung
Inspeksi :
v Bentuk hidung : amati kesimetrisan hidung dan kesimetrisan lubang hidung.
v Keadaan kulit : kaji adanya sianosis normalnya tidak ada sianosis. Warna sama dengan kulit.
v Sekret : kaji adanya secret atau lendir yang keluar dari hidung dan kaji pula warna secret yang keluar dari hidung.
v Kesimetrisan lubang hidung : simetris/tidak
v Pembengkakan : normalnya tidak ada pembengkakan pada hidung.
v Polip/benjolan : kaji adanya benjolan pada hidung bagian luar atau dalam.
Palpasi :
Palpasi sinus-sinus dan mobilitas septum adanya nyeri tekan.
v bagian luar hidung :
v mobilitas septum :
v sinus- sinus (sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus sinus etmoidalis ) :
2. Mulut
Inspeksi :
v Bibir : amati adanya kelainan kongenital, bibir sumbing dan warna bibir, normalnya warna bibir tidak ada sianosis, lembab dan tidak kering.
v Stomatitis : normalnya tidak ada stomatitis.
v Bau mulut : normalnya tidak ada bau mulut.
v Gigi : periksa gigi adanya caries, gigi berlubang. Kebersihan dan penggunaan gigi palsu
v Lidah : perhatikan kesimetrisannya. Minta pasien menjulurkan lidah dan amati kebersihan lidah, warna lidah dan adanya ulkus.
v Gusi : amati adanya pembengkakan atau perdarahan pada gusi.
v Faring : amati dengan menganjurkan pasien membuka mulut dan menekan lidah kebawah sewaktu pesien mengatakan “Ah”, amati kesimetrisan dan ada atau tidaknya pembengkakan pada faring.
v Ovula : amati adanya pembengkakan /tidak
v Tonsil/tiroid : mintalah pasien untuk menelan dan amati adanya benjolan yang abnormal, saat ia menelan ludah.
Palpasi :
Normalnya tidak ada nyeri tekan pada bagian yang dipalpasi.
- nyeri tekan :
- lidah :
- palatum :
- pipi :
- dasar mulut :
7. Leher
v Pembesaran kelenjar limfe : dengan cara meminta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid. Normalnya gerakan kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat kurus.
v JVP : untuk mengukur tekanan vena jugularis pasien mengambil posisi duduk dengan sudut 45°, apabila vena jugularis tetap datar diatas klavikula berarti normal, namun bila vena jugularis terlihat sekitar 3,5 cm diatas sudut sternal berarti tekanan vena jugularis meningkat.
v Warna kulit : warna kulit leher normalnya sama dengan daerah sekitar. Warna kulit leher dapat menjadi kuning pada ikterik dan menjadi merah, bengkak, panas bila mengalami peradangan.
v Gerakan leher : normalnya gerakan leher dapat dilakukan secara terkoordinasi tanpa gangguan.
Palpasi :
- Pembengkakan kelenjar limfe : palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran tiroid (gondok) yang biasanya disebabkan oleh garam yodium.
- Nyeri tekan : normalnya tidak ada nyeri tekan pada leher.
- Kedudukan trakea : normalnya tidak ada pergeseran.
Inspeksi :
v pernapasan :
- frekuensi :...........x/mnt
- irama : normalnya teratur pada keadaan tertentu ritme pernafasan menjadi tidak tertur, misalnya pernafasan Kussmaul, yaitu pernafasan cepat dan dalam. Pernafasan Biot yaitu pernafasan yang ritme maupun amplitudonya tidak teratur diselingi periode apnea, dan dapat ditemukan pada pasien yang mengalami kerusakan otak. Pernafasan Cheyne-Stoke yaitu pernafasan dengan amplitudo yang mula-mula kecil makin lama makin membesar kemudian mengecil lagi.
- kedalaman : observasi saat pasien inspirasi dan ekspirasi.
- Otot bantu pernapasan/retraksi dada : normalnya tidak ada retraksi dada.
- Warna kulit : normalnya sama dengan daerah disekitarnya.
- Bentuk dada : normalnya simetris.
Palpasi :
§ Taktil fremitus : minta pasien menyebutkan “enam-enam” sambil anda melakukan palpasi, letakkan kedua telapak tangan pada bagian dinding dada pasien, normalnya sama antara kanan dan kiri.
§ Nyeri tekan : normalnya tidak ada nyeri tekan
§ Deformitas : normalnya tidak ada devormitas
§ Ekspansi dada : untuk mengetahui ekspansi paru letakkan kedua tangan pada dinding dada depan, anjurkan pasien untuk tarik nafas rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan kiri. Selanjutnya berdiri dibelakang pasien letakkan kedua tangan anda dipunggung pasien, bandingkan antara kanan dan kiri.
Perkusi :
Suara bunyi perkusi paru noramal adalah normal sonor/rensonan yang terdengar seperti “dug-dug”. Pada keadaan tertentu bunyi menjadi tidak normal/kurang rensonan hipersonor pada keadaan pneumotorak, atau penimbunan cairan pada paru, perkusi pada pasien yang menderita tumor paru bunyinya menjadi pekak seperti kita pada saat memperkusi paha.
Auskultasi :
Normalnya bunyi paru adalah vesikuler, tidak normal (ronchi, wezing dll)
8. Kardiovaskuler /jantung
v Inspeksi : normalnya ictus cordis tidak tampak jika kita inspeksi
v Palpasi : ictus codis teraba pada intercosta ke
v Perkusi : untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tangah tangan kiri rapat-rapat pada dinding dada. Bunyi jantung normal adalah redup.
v Auskultasi : normalnya suara jantung S1-S2 “lub-dub” . Suara tambahan S3 normal terdengar terdengar pada anak-anak, jika terjadi pada orang dewasa merupakan tanda adanya penyakit jantung.
9. payudara dan ketiak
Inspeksi : Payudara
v Payudara ukuran dan simetris : kaji kesimetrisa payudara
v Kontur : payudara yang normal adalah elastis, tidak ada keriput pada payudara.
v Penampilan kulit : normalnya sama dengan daerah sekitrnya, kaji adanya peradangan pada area payudara
v Areola : normalnya menghitam terutama pada wanita yang sedang menyusui atau hamil.
v Puting :
- ukuran dan arah puting : normalnya menonjol kaji adanya retraksi putting, normalnya arah posisi putting adalah sama.
- ulkus : normalnya tidak ada ulkus
- cairan/rabas : normalnya tidak ada cairan atau rabas
Inspeksi : Aksila
v Ruam : normalnya tidak ada ruam
v Pigmentasi : kaji kulit di aksila kaji adanya peradangan atau pembengkakan
v Infeksi : normalnya tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi : payudara
- nyeri tekan : normalnya tidak ada nyeri tekan, jika ada nyeri tekan mungkin adanya nodul pada aksila
- Benjolan : normalnya tidak ada benjolan
Palpasi : Aksila
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Konsistensi nodul : normalnya tidak ada nodul
10. Abdoment
Inspeksi :
v Kulit : amati warna kulit normalnya sama dengan daerah sekitar
v Umbilikus : normalnya tidak membengkak
v Kontur : normalnya elastis kembali kurang dari 2 detik
v Kesimetrisan : normalnya simetris
Auskultasi :
v Peristaltik usus : ................(normal 5-35x/menit)
v Bising usus :
Perkusi : normalnya timpani, pada keadaan tertentu menjadi tidak norma misalnya apabila terjadi pembesaran hepar bunyi akan menjadi redup. Adanya udara yang terlalu banyak pada abdomen bunyi menjadi hypertimpani.
Palpasi : kaji adanya nyeri tekan pada abdomen, normalnya tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Dan kaji adanya pembesaran organ di abdomen.
11. Genitalia
v Klitoris : tidak membengkak
v Introitus uretra : kaji selaput hymen
v Palpasi : Nyeri tekan
v Benjolan : normalnya tidak ada benjolan
1. Anus
Inspeksi : kaji warna kulit, dan adanya hemoroid, pembengkakan, lesi pada anus.
Palpasi : normalnya tidak adanya benjolan (hemoroid), nyeri tekan
2. Muskulosekeletal :
Sistem muskulosekeletal terdiri atas otot, tulang dan persendian.
Inspeksi :
Ø Gerakan : normalnya adalah volunter, amati adanya gerakan involunter
Ø Kontur
Ø Ukuran otot : normal/ ada atrofi, hipertrofi bandingkan antara sisi kanan dan kiri lihat adanya atrofi/hipertrofi, bila ada perbedaan ukur dengan menggunakan meteran
Ø Uji kekuatan otot : ada 0-5 tingkatan jika normal nilainya 5
Tingkat kekuatan otot
Skala | Kekuatan kenormalan % | Ciri |
0 | 0 | Paralysis total |
1 | 10 | Tidak ada gerakan hanya mampu merasakan saja |
2 | 25 | Mampu menggerakan dan menahan |
3 | 50 | Mampu menentang |
4 | 75 | Mampu menentang |
5 | 100 | Normal mampu menahan |
Ø Deformitas/fraktur : normalnya tidak ada defermitas atau fraktur
Ø Pembengkakan : normalnya tidak ada pembengkakan
Palpasi :
Ø nyeri tekan : normalnya tidak ada nyeri tekan
Ø Edema : normalnya tidak ada edema
Ø Deformitas dan krepitasi : normalnya tidak ada deformitas dan krepitasi
3. Neurologi :
Sistem persarafan atau neurologi merupakan sistem yang paling sentral bagi fungsi kehidupan manusia sehingga sistem pengkajian neurologi dapat menggambarkan kondisi sistem yang lain. Fungsi utama sistem persarafan adalah sebagai pengatur integrasi berbagai aktifitas tubuh.
v Tingkat kesadaran : klien sadar dan tanggap terhadap lingkungan sekitar
Kesadaran atau ketanggapan diuji dengan menggunakan GCS
v Ekspresi wajah : normalnya simetris tidak ada mimik muka nyeri atau kelainan wajah karena adanya paralisis
v Mentasi : dikaji tentang berfikir, mengingat, menerima, bahasa dan pemecahan masalah.
Mentasi adalah segala aktivitas yang memerlukan penyatuan atau integrasi perhatian, memori dan proses berfikir yang bergantung pada kondisi korteks serebri. Penguji mentasi meliputi perhatian, berfikir, mengingat, dan bahasa.
Perhatian diuji dengan cara meminta pasien mengulang sederetan bilangan, misanya 2,3,1 atau “ambilkan buku itu” dll orang yang normal mampu mengulang dengan mudah.
Kemampuan mengingat dilakukan dengan dua cara yang meliputi mengingat jangka pendek dan jangka panjang. Kemampuan mengingat jangka pendek diuji dengan mengucapkan beberapa kata (misalnya rumah, bunga, pesawat dll) kemudian pasien disuruh untuk mengucapkan kata-kata tersebut setelah 5 menit berulang.
Perasaan/afektif menanyakan bagaimana perasaan klien (apakah sedih, gembira) perawat sambil mengamati ekspresi wajah klien.
Berbahasa diamati dengan cara kemampuan berbahasa ketika pasien masuk pertama kali. Pasien diminta untuk menyebutkan nama benda yang ada disekitarnya.
v Pergerakan : amati ekspresi wajah, bicara, berjalan, cara bergerak, makan (mengunyah dan menelan)
v Sensasi : pengkajian meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran dan sensasi somatis / perasaan.
1. Pengkajian sensasi khusus : orang yang normal harus dapat membedakan bau-bauan yang lazim ada disekitarnya. Pasien dengan tumor otak mengalami gangguan atau kehilangan sama sekali. Pengkajian secara sederhana dengan cara pasien diminta menutup mata lalu diminta untuk membedakan bau, misalnya kopi.
Pengkajian penglihatan : untuk mengkaji mata yang meliputi ketajaman penglihatan.
Pengkajian pendengaran : dapat diuji dengan bisikan atau menggunakan garpu tala.
Pengkajian Pengecapan : pasien diminta untuk membedakan beberapa rasa, contohnya manis, asin, asam, pahit.
2. Pengkajian sensasi somatis :
meliputi sentuhan ringan , sentuhan dalam, nyeri dan suhu. Sentuhan ringan dikaji dengan cara mengusapkan kapas secara halus pada kulit pasien, pasien dianjurkan memberi tahu bila merasakan sentuhan serta meyebutkan lokasi sentuhan. Nyeri dan suhu dikaji dengan cara menekankan penusuk pada kulit secara aman, pasien diminta membedakan tekanan yang ia rasakan, runcing atau tumpul.
3. Pengkajian sensasi Kortikal :
Uji sensasi Kortikal adalah kemampuan mengenal sensasi rabaan, yaitu dengan menaruh benda seperti uang logam, penjepit kertas di tangan pasien, dan duminta untuk menyebutkanya. Kemampuan mengenal bilangan ditulis pada telapak tangan. Orang yang normal mampu untuk menyebutkan.
v Fungsi regulasi dan integrasi :
Pengkajian regulasi integrasi merupakan pengkajian keperawatan komprehensif pada semua area fungsi yang paling penting bagi kehidupan. Pengkajian ini meliputi pernafasan, sirkulasi, ingesti-digesti, eliminasi, respons seksual dan emosi.
Pengkajian dasar regulasi integrasi
Pernafasan : Frekuensi, pola atau irama, bunyi nafas.
Sirkulasi : Frekuensi jantung, tekanan darah, perubahan postural tekanan darah, bunyi jantung, warna dan kepucatan ekstrmitas.
Pengontrolan suhu : Suhu oral dan rektal
Ingesti-Digesti : Menggigit, menelan, bising usus
Eliminasi : riwayat sulit berkemih, defekasi, frekuensi dan inkontinensia
Respons seksual : riwayat disfungsi seksual atau cedera yang mempengaruhi fungsi seksual.
Emosi : Riwayat pada situasi emosi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar